Powered By Blogger

Selasa, 14 Februari 2012

BABAK BARU NYANYIAN REKTOR UIN BANDUNG

Bak seorang penyanyi kondang yang handal, Rektor UIN Bandung membuat gebrakan untuk membuat kampus yang katanya Islami, Berbasis teknologi dan mampu bersaing dengan kampus kampus lain yang kualitasnya sudah mendahului UIN Bandung. Dengan penuh tenaga dan hasrat yang tinggi, dia meliuk-liuk dan bergoyang di atas panggung megah yang didekor dan dihias dengan gelimpangan uang rakyat yang diamanatkan kepada dirinya. Sambil diiringi dengan hingar bingar suara perkusi yang terus meningkahi atraksi beliau dan disaksikan oleh berjuta pasang mata yang terus meneriaki dan mengelu-elukan namanya. Seperti itulah Rektor UIN Bandung, dengan segala macam program yang katanya untuk kemajuan kampus dan demi terciptanya insan akademik yang kompeten dan mampu bersaing dengan mahasiswa kampus lain.
Tapi, uniknya di UIN Bandung itu setiap program-program yang dikeluarkan oleh pihak rektorat, mahasiswa tidak pernah dikasih tahu apa saja program yang akan dijalankan oleh pihak kampus, dan semuanya itu tidak pernah disosialisasikan oleh pihak kampus. Bagi mereka, mahasiswa adalah objek percobaan yang harus tunduk dan patuh pada keputusan yang mereka (kampus) keluarakan, tanpa mahasisw mengetahui apa program-programnya, program yang gak jelas kemana arahnya, dan program yang haya akan membuat Mahasiswa dikerdilkan dengan keadaan kampus yang seperti ini. Mau berhasil gimana, wong programnya pun gak tahu.
Begitu pun dengan program 100 hari kerja Retorat, Mahasiswa tidak pernah tahu ada program itu, apalagi ngomongin isi dari program itu. Haah,,, ternyata masih, kampus UIN Bandung hanya dijadikan milik rektorat dan elit-elit penguasa kampus saja.
Bukan hanya itu, kampus UIN Bandung sedang dirombak abis-abisan oleh pihak kampus dengan bantuan dari negara. Yang kataya menghabiskan uang negara ratusan milyar rupiah. Kenapa kami menyebut “katanya”, karena transparansi pembangunannya pun tidak ada. Bahkan ngomongin tender, berapa jumlah uang negara yang dihabiskan, kapan pembangunan ini beres, dan kenapa pembangunan ini terhenti pun mahasiswa tidak boleh tahu. Intinya mahasiswa harus tahu transparasi pembngunan UIN. Mana yang katanya akan menciptakan suasana kampus yang demokratis?
Kami harap pembangunan ini dipercepat agar mahasiswa mampu kembali konsen dalam mengarungi kehidupannya sebagai insan akademik yang butuh ruang kuliah yang representatif, lingkungan kamous yang kondusif, dan fasilitas kuliah yang memadai, bukan dihadang dengan pembangunan yang carut marut dan acak-acakan. Mahasiswa keseriusan elit-elit kampus untuk menyelesaikan pembangunan secepatnya, agar gak ada kecemburuan sosial dari mahasiswa fakultas yang belum punya gedung kuliah. Kasihan mereka, harus bolak-balik ke tempat kuliah yang kayak kandang gembala, apalagi harus mengeluarkan biaya tambahan untuk ongkos pulang pergi ke tempat kuliah yang sebenarnya tidak menjamin keselamatan mereka.
Makanya bener kalau UIN Bandung disebut-sebut hnyalah milik rektor dan elit-elit pejabat kampus saja. Pemiliha dan pelantikan aparat kampus yan baru saja mahasiswa tidak dikasih tahu, apalagi disusruh mengawasi prosesnya. Pemilihan dan pelantikan dekan-dekan, kajur-kajur, dan bahkan setelah beres pelantikan pun, hasilnya mahasiswa tidak dikasih tahu.
Pertanyaannya, apakah mahasiswa UIN Bandung akan tetap diam? Ataukah mahasiswa sekarang sudah apatis dengan keadaan kampus yang seperti ini? Kalau kami sendiri, punya motto: “Tunduk ditindas atau bangkit melawan”.


“FORDEM (Forum Demokrasi Mahasiswa)”