Tali simponi
Mengikat satu janji
Merencanakan dua hati
Mengumpulkan simpul
Ironi
Menjadikan citra diri
Menjanjikan sebuah
Cinta sejati
Kabarnya tali itu
Kini menjadi Saturday merangkul bahu
Mengikat kuat membatu
Menjamak satuan kalbu
Tali tali tali
Hidup menawarkan tali menali
Simponi simponi simponi
Tetap kekal abadi
Dalam satuan bumi
Bandung
5 Juli 2008
2 Rajab 1429
Tidak ada segala sesuatu yang tidak mungkin, namun ada waktunya hidup itu berada di jurang ketidak mungkinan alam. segala sesuatu yang terjadi di dunia ini, selama itu terjadi sini, ia tak kan pernah mempersulit setiap masing-masing individu. itulah adanya. diakui atau tidak, kesemuanya merupakan hukum alam yang tak kan bisa ditolak oleh manusia biasa seperti kita. ini adalah sebuah, serangkaian kata dari keseluruhan sisi hidup, terang atau gelap. semua terrangkum dalam kumpulan mozaik.
Sabtu, 13 Juni 2009
RAPUH
Bulan punama di malam hari
Menyinari apa-apa yang dapat disinari
Menyebarkan sinarnya
Memberikan segala yang ia punya
Hingga secercah cahaya tiba
Nanti
Sekarang siang matahari benderang
Menghangatkan apa-apa yang tadinya dingin
Membagi energi
Menjadikan hamparan bumi
Mengubah mimpi
Hingga kegelapan tiba
Nanti
Bumi berputar pada porosnya
Rembulan menari mengelilingi majikannya
Manusia berjalan pada takdirnya
Manusia hidup di atas pundaknya
Manusia pergi dan pulang menuju asalnya
Kerapuhan senantiasa bayangi
Setiap makhluk di bumi
Juga alam semesta
Tak ada yang abadi
Semua akan kembali
Pergi dan pulang sendiri-sendiri
Tanpa ada yang menemani
Sepi
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
Menyinari apa-apa yang dapat disinari
Menyebarkan sinarnya
Memberikan segala yang ia punya
Hingga secercah cahaya tiba
Nanti
Sekarang siang matahari benderang
Menghangatkan apa-apa yang tadinya dingin
Membagi energi
Menjadikan hamparan bumi
Mengubah mimpi
Hingga kegelapan tiba
Nanti
Bumi berputar pada porosnya
Rembulan menari mengelilingi majikannya
Manusia berjalan pada takdirnya
Manusia hidup di atas pundaknya
Manusia pergi dan pulang menuju asalnya
Kerapuhan senantiasa bayangi
Setiap makhluk di bumi
Juga alam semesta
Tak ada yang abadi
Semua akan kembali
Pergi dan pulang sendiri-sendiri
Tanpa ada yang menemani
Sepi
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
CEMPAKA PUTIH
Sekuntum bunga cempaka
Berwarna putih
Tertatih-tatih
Melirik sedih
Tanpa letih
Memandang mata nan pedih
Terpikir lagi peristiwa tadi
Membayangi kembali
Tadinya ku bermaksud melupakan diri
Sempat aku dibuatnya mati
Matahari terus bayangai
Kulitnya yang putih mewangi
Ia tak kunjung jua pergi
Meninggalkan aku yang terus di sini
Sampai aku mati kedua kali
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
Berwarna putih
Tertatih-tatih
Melirik sedih
Tanpa letih
Memandang mata nan pedih
Terpikir lagi peristiwa tadi
Membayangi kembali
Tadinya ku bermaksud melupakan diri
Sempat aku dibuatnya mati
Matahari terus bayangai
Kulitnya yang putih mewangi
Ia tak kunjung jua pergi
Meninggalkan aku yang terus di sini
Sampai aku mati kedua kali
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
PERASAAN
Dari mana datangnya cinta
Dari mata turun ke hati
Kata pepatah bilang
Cinta itu kini sedang
Bersemi di dalam
Jiwaku yang tak sendiri lagi
Setiap malam
Setiap sebelum terlelap
Aku tak akan terlewat
Mengukir namamu di atas
Kertas putih lagi suci
Wajahmu benar-benar
Telah meracuni pemikiranku
Mencari lilin pun
Tak kuasa pikiranku
Terus dihantui
Oleh bayang-bayang wajahmu
Wahai Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang
Janganlah Engkau biarkan
Cinta Penghambaanku kepada-Mu
Merlemah hanya karena sebuah perasaan
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
Dari mata turun ke hati
Kata pepatah bilang
Cinta itu kini sedang
Bersemi di dalam
Jiwaku yang tak sendiri lagi
Setiap malam
Setiap sebelum terlelap
Aku tak akan terlewat
Mengukir namamu di atas
Kertas putih lagi suci
Wajahmu benar-benar
Telah meracuni pemikiranku
Mencari lilin pun
Tak kuasa pikiranku
Terus dihantui
Oleh bayang-bayang wajahmu
Wahai Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang
Janganlah Engkau biarkan
Cinta Penghambaanku kepada-Mu
Merlemah hanya karena sebuah perasaan
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
DERU PEMIKIRAN
Deru pemikiran ini menggebu
Memandang sebuah masa lalu yang tabu
Ketika batu permata masih digenggam
Mutiara hitam masih berserakan di lautan
Raksasa hijau masih berkeliaran
Pijakan masih beraturan
Beribu abad telah berlalu
Batu permata telah dilepas
Diberikan kepada orang tidak jelas
Mutiara kini bisa dihitung jari
Raksasa hijau telah dibasmi
Si taring merah
Pijakan kini membaur
Tanpa arah tanpa tahu
Mana langit mana bumi
Keadaan zaman telah berubah
Dicabik-cabik si rubah
Singa yang tadinya perkasa
Di sebuah pulau kecilnya
Sekarang apatah daya
Sang mangsa tak ada tersisa
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
Memandang sebuah masa lalu yang tabu
Ketika batu permata masih digenggam
Mutiara hitam masih berserakan di lautan
Raksasa hijau masih berkeliaran
Pijakan masih beraturan
Beribu abad telah berlalu
Batu permata telah dilepas
Diberikan kepada orang tidak jelas
Mutiara kini bisa dihitung jari
Raksasa hijau telah dibasmi
Si taring merah
Pijakan kini membaur
Tanpa arah tanpa tahu
Mana langit mana bumi
Keadaan zaman telah berubah
Dicabik-cabik si rubah
Singa yang tadinya perkasa
Di sebuah pulau kecilnya
Sekarang apatah daya
Sang mangsa tak ada tersisa
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
DERITA
Apa siapa
Kapan
Dimana
Mengapa
Bagaimana
Sudah berapa dosa kita perbuat
Sudah berapa nikmat kita khianat
Mengapa
Apa yang sudah kita perbuat
Angina-angin kering kering menyusup
Ke dalam rongga-rongga tubuh
Membawa kabar derita
Alam sudah renta
Di sini ku tertegun mencernanya
Hatiku sudah tak berdaya
Mataku tak kuat melihatnya
Bibir ini sudah tak bisa berkata
Kapankah ini akan berakhir
Siapa yang bersalah
Dimana hati yang terdalam
Bagaimana kita melangkah ke depan
Sementara bumi enggan
Bumi sudah bosan
Menunggu jawaban kepastian
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
Kapan
Dimana
Mengapa
Bagaimana
Sudah berapa dosa kita perbuat
Sudah berapa nikmat kita khianat
Mengapa
Apa yang sudah kita perbuat
Angina-angin kering kering menyusup
Ke dalam rongga-rongga tubuh
Membawa kabar derita
Alam sudah renta
Di sini ku tertegun mencernanya
Hatiku sudah tak berdaya
Mataku tak kuat melihatnya
Bibir ini sudah tak bisa berkata
Kapankah ini akan berakhir
Siapa yang bersalah
Dimana hati yang terdalam
Bagaimana kita melangkah ke depan
Sementara bumi enggan
Bumi sudah bosan
Menunggu jawaban kepastian
Cirebon
10 Desember 2008
13 Dzulhijah 1429
SEBATANG LIDI
Aku tahu ini bukanlah
Sesuatu yang patut ditangisi
Aku mengerti cara mengatasi
Masalah bukanlah seperti ini
Aku paham seperti apa
Yang harus aku lakukan
Tapi perasaan hatiku
Begitu sakit rasanya
Laksana tersayat sebilah
Pisau nan tumpul
Mungkin inilah yang sering
Digandrungi para puitisi
Mengenai suasana hati
Mengenai perasaan diri
Padahal bukan hanya
Saat ini aku merasakannya
Pernah bahkan sering
Terjadi mengenai
Diri
Tapi perasaanku
Tetap saja belum terbiasa
Dengan keadaan sebenarnya
Setiap saat aku
Tutupi perasaanku yang terdalam
Dengan perasaan keceriaan
Diriku yang berada di luar
Mrskipun kian hari
Rasa sakit tak dapat dihindari
Umurku tinggal
Sebatang lidi
Cirebon
13 Desember 2008
16 Dzulhijah 1429
Sesuatu yang patut ditangisi
Aku mengerti cara mengatasi
Masalah bukanlah seperti ini
Aku paham seperti apa
Yang harus aku lakukan
Tapi perasaan hatiku
Begitu sakit rasanya
Laksana tersayat sebilah
Pisau nan tumpul
Mungkin inilah yang sering
Digandrungi para puitisi
Mengenai suasana hati
Mengenai perasaan diri
Padahal bukan hanya
Saat ini aku merasakannya
Pernah bahkan sering
Terjadi mengenai
Diri
Tapi perasaanku
Tetap saja belum terbiasa
Dengan keadaan sebenarnya
Setiap saat aku
Tutupi perasaanku yang terdalam
Dengan perasaan keceriaan
Diriku yang berada di luar
Mrskipun kian hari
Rasa sakit tak dapat dihindari
Umurku tinggal
Sebatang lidi
Cirebon
13 Desember 2008
16 Dzulhijah 1429
MOMENTUM
Setiap orang yang hidup
Tak peduli kapan masanya
Pastilah mempunyai sebuah momentum
Kamu tidak bisa
Mengerjakan apa-apa yang kamu tahu
Padahal kamu tahu
Kamu yakin mampu untuk mengerjakannya
Sementara itu
Bolehkah saya bertanya
Mengenai suatu hal
Yang ku tujukan kepadamu
Wahai sahabat
Mengapa kamu masih juga
Mencari apa-apa yang tidak
Kamu tahu
Sebelum mengerjakan
Apa-apa yang kamu tahu
Cirebon
13 Desember 2008
16 Dzulhijah 1429
Tak peduli kapan masanya
Pastilah mempunyai sebuah momentum
Kamu tidak bisa
Mengerjakan apa-apa yang kamu tahu
Padahal kamu tahu
Kamu yakin mampu untuk mengerjakannya
Sementara itu
Bolehkah saya bertanya
Mengenai suatu hal
Yang ku tujukan kepadamu
Wahai sahabat
Mengapa kamu masih juga
Mencari apa-apa yang tidak
Kamu tahu
Sebelum mengerjakan
Apa-apa yang kamu tahu
Cirebon
13 Desember 2008
16 Dzulhijah 1429
Sabtu, 06 Juni 2009
API DERITA
Awan-awan dari ujung
Timur dan barat menjadi hitam
Ketika hari menjelang petang
Petir-petir silih berhamburan
Seakan langit murka
Kepada insane yang durhaka
Terhadap Tuhannya
Ku termenung sendiri
Di ruang hampa
Tak seorang pun tahu ku disana
Hatiku kini tengah gundah
Diselingi rasa bimbang takut dan ngeri
Terhadap perbuatan insan
Di hamparan bumi luas
Lalu ku goreskan dalam
Lembaran api derita
Majalengka
08 Oktober 2006
Timur dan barat menjadi hitam
Ketika hari menjelang petang
Petir-petir silih berhamburan
Seakan langit murka
Kepada insane yang durhaka
Terhadap Tuhannya
Ku termenung sendiri
Di ruang hampa
Tak seorang pun tahu ku disana
Hatiku kini tengah gundah
Diselingi rasa bimbang takut dan ngeri
Terhadap perbuatan insan
Di hamparan bumi luas
Lalu ku goreskan dalam
Lembaran api derita
Majalengka
08 Oktober 2006
KRITERIA
Sepi memasak hatiku dalam-dalam
Terkoyak hatiku oleh pisaumu nan tajam
Teriris mataku melihat kelakuanmu
Berada di sisi lain
Temanku beri nasehat
Memanasi dengan kata pedih
Buat keningku berkenyut
Lama tak jumpa dengannya
Ku Tanya pada sahabatnya
Tubuhnya terbelah dua
Ku berusaha simpan rasa hati
Bertemu dengan orang yang ia cinta
Bersua dengan dirinya
Ia bertanya kemana
Dirimu ku ucapkan sebenarnya
Tak heran kau bbegitu mencintainya
Ia sungguh memenuhi
Kriteria hatimu
Majalengka
18 Oktober 2006
Terkoyak hatiku oleh pisaumu nan tajam
Teriris mataku melihat kelakuanmu
Berada di sisi lain
Temanku beri nasehat
Memanasi dengan kata pedih
Buat keningku berkenyut
Lama tak jumpa dengannya
Ku Tanya pada sahabatnya
Tubuhnya terbelah dua
Ku berusaha simpan rasa hati
Bertemu dengan orang yang ia cinta
Bersua dengan dirinya
Ia bertanya kemana
Dirimu ku ucapkan sebenarnya
Tak heran kau bbegitu mencintainya
Ia sungguh memenuhi
Kriteria hatimu
Majalengka
18 Oktober 2006
PENGGALI
Beginilah nasib penggali lubang
Menggali lubang
Untuk menutupi lubang
Yang sudah di gali
Begitu pula
Bumi berputar pada porosnya
Mengelilingi matahari
Sepanjang hari sepanjang masa
Seekor penyu hijau kelabu
Gelisah hati risau
Takut akan telurnya
Tak bisa menetas biasanya
Hidup merantau
Di atas bumi nan hijau
Dikejar dosa
Yang selamanya tak kan sirna
Majalengka
19 Mei 2007
Menggali lubang
Untuk menutupi lubang
Yang sudah di gali
Begitu pula
Bumi berputar pada porosnya
Mengelilingi matahari
Sepanjang hari sepanjang masa
Seekor penyu hijau kelabu
Gelisah hati risau
Takut akan telurnya
Tak bisa menetas biasanya
Hidup merantau
Di atas bumi nan hijau
Dikejar dosa
Yang selamanya tak kan sirna
Majalengka
19 Mei 2007
SERIBU SAYANG
Menangisi
Surau kecil di bui
Rapuh tanpa santri
Melepuh diguyur air mata diri
Santri kini dapat dihitung jari
Ustad pun hanya berdiri
Dulu riwayatmu
Begiti satu padu
Tak ada yang runtuh
Semua tumbuh bertiang kukuh
Santri hanya dapat dilihat
Ustad hanya dapat berlipat
Sayang seribu sayang
Keadaan dulu
Tak bisa dihidupi
Keadaan zaman bermimpi
Majalengka
18 Mei 2007
Surau kecil di bui
Rapuh tanpa santri
Melepuh diguyur air mata diri
Santri kini dapat dihitung jari
Ustad pun hanya berdiri
Dulu riwayatmu
Begiti satu padu
Tak ada yang runtuh
Semua tumbuh bertiang kukuh
Santri hanya dapat dilihat
Ustad hanya dapat berlipat
Sayang seribu sayang
Keadaan dulu
Tak bisa dihidupi
Keadaan zaman bermimpi
Majalengka
18 Mei 2007
SATU KEHANCURAN
Satu kata
Satu arti
Satu jiwa
Satu tujuan
Satu usaha
Satu harapan
Satu angan
Yang berada dalam hati pahlawan
Terkubur jasad di hamparan
Bumi harum semerbak kemenyan
Kini tinggalah asap belera
Dicabik-cabik
Tikus berdasi
Menyusup ke dalam
Mengahncurkan ke luar
Majalengka
25 April 2007
Satu arti
Satu jiwa
Satu tujuan
Satu usaha
Satu harapan
Satu angan
Yang berada dalam hati pahlawan
Terkubur jasad di hamparan
Bumi harum semerbak kemenyan
Kini tinggalah asap belera
Dicabik-cabik
Tikus berdasi
Menyusup ke dalam
Mengahncurkan ke luar
Majalengka
25 April 2007
UJIAN SEBENTAR LAGI
Ujian sebentar lagi
Siapkan fisik siapkan mental
Menjamak kumpulan kertas
Menyapa bolpen
Terangi dengan lampu bertopeng
Tangisan awan
Tak jadi masalah buatku
Tuk terus menuntut ilmu
Demi tercapainya citaku
Seabad lamanya
Ku tuntut ilmu dalam
Jeruji sekolah
Berwindu-windu
Ku bergelut dalam lautan ilmu
Aku tidak ingin sia-sia begitu saja
Hanya karena tidak membaca
Majalengka
04 Desember 2006
Siapkan fisik siapkan mental
Menjamak kumpulan kertas
Menyapa bolpen
Terangi dengan lampu bertopeng
Tangisan awan
Tak jadi masalah buatku
Tuk terus menuntut ilmu
Demi tercapainya citaku
Seabad lamanya
Ku tuntut ilmu dalam
Jeruji sekolah
Berwindu-windu
Ku bergelut dalam lautan ilmu
Aku tidak ingin sia-sia begitu saja
Hanya karena tidak membaca
Majalengka
04 Desember 2006
BENTENG PASTI KAN HANCUR
Ku serang sebuah benteng
Dengan apa yang ku punya
Benteng yang terlihat tebal
Benteng yang terlihat kokoh
Benteng yang tak bergeming sedikitpun
Ku terus fokuskan seranganku
Padanya k uterus berusaha
Menyerangnya kini
Benteng yang terlihat oleh
Mata duniaku
Hanyalah sebilah papan tipis
Yang tak ada daya sedikitpun
Dengan keberanianku
Dengan kesungguhanku
Dengan kekuatanku
Benteng pasti kan hancur
Itulah tekadku
Majalengka
08 April 2006
Dengan apa yang ku punya
Benteng yang terlihat tebal
Benteng yang terlihat kokoh
Benteng yang tak bergeming sedikitpun
Ku terus fokuskan seranganku
Padanya k uterus berusaha
Menyerangnya kini
Benteng yang terlihat oleh
Mata duniaku
Hanyalah sebilah papan tipis
Yang tak ada daya sedikitpun
Dengan keberanianku
Dengan kesungguhanku
Dengan kekuatanku
Benteng pasti kan hancur
Itulah tekadku
Majalengka
08 April 2006
HARI SPESIAL
Sekarang adalah hari
Spesial tersendiri bagiku
Aku berharap mendapat
Sesuatu yang indah darimu
Seharusnya menyenangkan
Walau tanpa kehadiranmu
Di sampingku saat aku
Diacungi jempol oleh yang lain
Tak ada yang ingat
Hari bahagiaku kecuali
Seorang teman dekat
Dari teman terdekat
Mengucapkan selamat
Disela orang sibuk sendiri
Disela orang berlalu lalang
Dalam kehidupan layar kaca
Majalengka
27 Juni 2006
Spesial tersendiri bagiku
Aku berharap mendapat
Sesuatu yang indah darimu
Seharusnya menyenangkan
Walau tanpa kehadiranmu
Di sampingku saat aku
Diacungi jempol oleh yang lain
Tak ada yang ingat
Hari bahagiaku kecuali
Seorang teman dekat
Dari teman terdekat
Mengucapkan selamat
Disela orang sibuk sendiri
Disela orang berlalu lalang
Dalam kehidupan layar kaca
Majalengka
27 Juni 2006
Jumat, 05 Juni 2009
DIRI SENDIRI
berada dalam kebimbangan
kadang buat kita sembarang mengambil keputusan
meski pada saat itu
kita dituntut putuskan suatu perkara
yang akibatkan terambilnya nyawa
semua tak terkendali
namun demikian
kitalah pemilik tubuh kita sendiri
kitalah raja
raja atas diri kita sendiri
semua tergantung kita
hitam atau putih
yang kita pilih
bahagia atau merana
yang kita pinta
sedih atau senang
yang kita terawang
di masa yang akan datang
kadang buat kita sembarang mengambil keputusan
meski pada saat itu
kita dituntut putuskan suatu perkara
yang akibatkan terambilnya nyawa
semua tak terkendali
namun demikian
kitalah pemilik tubuh kita sendiri
kitalah raja
raja atas diri kita sendiri
semua tergantung kita
hitam atau putih
yang kita pilih
bahagia atau merana
yang kita pinta
sedih atau senang
yang kita terawang
di masa yang akan datang
SADAR
segala yang ada dalam dunia
penuh derita
penuh sengsara
tak ada yang bahagia
dalam arti sebenarnya
kehidupan musti dipilih
bukan kehidupan yang memilih
kita sendirilah yang menentukan arah
haluan kemana kita akan pergi
beranjak hingga kapal
melabuh nanti
di tiap persinggahan
kita sendiri pula
pertimbangkan apa yang akan dilakukan
di sana
semua tergantung kita
karena kita sendiri yang menjalaninya
sadar atau tidak
Cirebon
06 Mei 2009
12 Jumadil Akhir 1430
penuh derita
penuh sengsara
tak ada yang bahagia
dalam arti sebenarnya
kehidupan musti dipilih
bukan kehidupan yang memilih
kita sendirilah yang menentukan arah
haluan kemana kita akan pergi
beranjak hingga kapal
melabuh nanti
di tiap persinggahan
kita sendiri pula
pertimbangkan apa yang akan dilakukan
di sana
semua tergantung kita
karena kita sendiri yang menjalaninya
sadar atau tidak
Cirebon
06 Mei 2009
12 Jumadil Akhir 1430
Langganan:
Postingan (Atom)